Kopi Jawa Barat Java Preanger
Kalian para pecinta kopi, pastinya sudah pernah menikmati kopi jawa barat java preanger. Meski memiliki nama yang cukup unik, kopi java preanger pada dasarnya adalah kopi arabika biasa. Jika Anda penggemar kopi, tentunya tidak lagi asing dengan kopi arabika. Budidaya kopi arabika sendiri tidak hanya ada di Indonesia. Asal kopi arabika sendiri adalah dari Arab dan Ethiopia Afrika. Sehingga Indonesia bukan satu-satunya negara yang membudidayakan kopi java preanger. Melainkan Arab dan juga Ethiopia juga mengenal dan membudidayakan kopi arabika ini. Namun karena Indonesia mampu menghasilkan kopi arabika dalam jumlah yang cukup besar, Indonesia lebih dikenal sebagai penghasil terbesar kopi arabika.
Letak geografis kopi jawa barat java preanger
Secara geografis wilayah Gunung Malabar di Pangalengan Kabupaten Bandung ketinggian 1400 – 1800 m dpl, suhu udara 15-21 C, curah hujan 2000 mm/tahun sangat cocok untuk produktifitas Kopi Arabika. Gunung malabar termasuk dalam indikasi geografis Java Preanger yang dinaungi oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Jawa Barat (MPIG JABAR).
Kopi Malabar
Catatan sejarah menunjukkan, tahun 1696 Walikota Asterdam, Nicholas Witsen memerintahkan komandan pasukan Belanda di Malabar India, Adrian Van Ommen, untuk membawa bibit kopi arabika ke Nusantara, tetapi bibit pertama ini gagal tumbuh karena banjir. Usaha pengembangan kopi kedua dilaporkan terjadi pada tahun 1699. Percobaan pertama dilakukan di daerah Pondok kopi, Batavia. Setelah tumbuh dengan baik di sana, Belanda mendirikan perkebunan kopi pertama di daerah Priangan Jawa Barat dengan sistem tanam paksa. Setelah pengembangan kopi hampir di seluruh Pulau Jawa pada tahun 1750, Belanda mulai mengembangkan perkebunan kopi arabika di Sumatra, Bali, Sulawesi, dan Kepulauan Timor.
Tahun 1711 ekspor pertama dikirim dari Jawa ke Eropa oleh perusahaan dagang Belanda, dikenal sebagai VOC (Verininging Oogst Indies Company) yang didirikan pada tahun 1602. VOC memonopoli perdagangan kopi tahun 1725 sampai 1780. Pulau Jawa adalah tempat pertama kali kopi dibudidayakan secara luas di luar Arab dan Ethiopia. Tercatat pada tahun 1725 Nusantara merupakan kawasan pengekspor kopi terbesar di dunia yang sebagian besar produksinya berasal dari pulau Jawa.
VOC membuat perjanjian berat sebelah dengan penguasa setempat, di mana para pribumi diwajibkan menanam kopi yang harus diserahkan ke VOC. Perjanjian ini disebut Koffiestelsel (sistem kopi). Biji kopi berkualitas tinggi dari tanah Jawa Barat membanjiri Eropa. Kopi Java Preanger saat itu begitu terkenal di Eropa sehingga orang-orang Eropa menyebutnya bukan secangkir kopi, melainkan Secangkir Jawa (a cup of java). Sampai pertengahan abad ke-19 kopi Java Preanger adalah yang terbaik di dunia.
Di sisi lain, 'demam’ kopi justru jadi momok yang menakutkan bagi petani. Pasalnya, mereka yang tadinya hidup berkecukupan dengan menanam padi, sekarang wajib beralih ke tanaman kopi.
Setelah lenyap selama beberapa
dekade, perlahan tapi pasti, para petani Jawa Barat tergerak kembali untuk
menghidupkan Java Preanger. Terdorong oleh tingginya permintaan pasar lokal
maupun internasional serta dukungan pemerintah propinsi, di akhir tahun 90-an
para petani mulai membuka lahan-lahan kopi yang dulunya mati. Secara
bersama-sama, mereka juga mendirikan koperasi yang bertujuan untuk meningkatkan
jumlah panen, mutu produksi serta kesejahteraan petani kopi. Dengan kesadaran
baru, kebencian petani pada kopi pun berubah menjadi cinta, bahkan cinta mati.
Kopi Java Preanger kini tumbuh dan hadir dengan cinta, dari petani, untuk
penikmat kopi dan sudah bisa di pesan melalui website Mr O Coffee.
Malabar Java Preanger di New York
Diam-diam kopi Jawa Barat dari daerah Malabar ini sudah mulai dikenalkan oleh sebuah kedai kopi di kota New York melalui perusahaan Kopiku Indonesia. Tentunya Nuri dan ratusan petani di sini boleh berbangga, kopi yang mereka banggakan sudah mulai bisa bersanding dengan produk dari negara lain. Cita-cita dan semangat Nuri setidaknya sudah membuahkan hasil, kopi dari tanah Pajajaran ini bukan lagi romantisme sejarah saat Belanda menanam kopi di Priangan.
Kopi Sempat jadi Minuman Terlarang
www.MrOcoffee.com - kopi menjadi minuman yang paling digemari penduduk bumi memang tidak mulus. Ada masa-masa di mana kopi menjadi produk yang kehadirannya “diharamkan”. Pada tahun 1511, karena efek rangsangan yang ditimbulkan, dilarang penggunaannya oleh para imam konservatif dan ortodoks di majelis keagamaan di Mekah, Arab Saudi. Akan tetapi, karena popularitas minuman ini, larangan tersebut pada tahun 1524 dihilangkan atas perintah Sultan Selim I dari Kesultanan Utsmaniyah Turki. Di Kairo, Mesir, larangan yang serupa juga disahkan pada tahun 1532, di mana kedai kopi dan gudang kopi ditutup.
Seabad kemudian, tepatnya pada tahun 1656, Wazir Kerajaan Usmaniyah mengeluarkan larangan untuk membuka kedai-kedai kopi. Bukan hanya melarang kopi, melainkan menghukum orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk pada pelanggaran pertama. Tetapi, bertahun-tahun kemudian, pelarangan minum kopi di Timur Tengah lambat-laun terkikis sehingga jika seorang suami melarang istrinya minum kopi, si istri tersebut bisa memakai alasan ini untuk meminta cerai.
Di Italia, pendeta-pendeta melarang umatnya minum kopi dan menyatakan, minuman kopi itu dimasukkan sultan-sultan muslim untuk menggantikan anggur. Bukan hanya melarang, melainkan juga menghukum orang-orang yang minum kopi. Alasannya, kopi adalah “komoditas politik” kaum muslim dalam upaya menggeser popularitas anggur yang sejak lama sudah dikenal dan identik dengan kaum Katolik.
Larangan juga diberlakukan di Rusia, meski lebih bersifat “diskriminatif” dan menjaga wibawa aristokrasi kopi. Karena dianggap bergengsi sebagai minuman, Raja Frederick Agung dari Rusia pada tahun 1777 hanya memperbolehkan kalangan atas atau kelas bangsawan saja untuk menunjukkan kearistokratan kopi.
Karakter orang Berdasarkan Kopi Favoritnya